Kalau dulu kita cuma kenal AIDA - Attention, Interest, Desire, Action - sekarang kenyataan di lapangan udah jauh lebih kompleks. Orang makin pintar, pilihan produk makin banyak, dan kompetisi makin ketat. Alhasil, calon pembeli nggak langsung “klik beli” cuma karena mereka tertarik. Selalu ada fase kecil yang jarang dibahas: keraguan.
Inilah pentingnya AIDODA. Tambahan “DO” ini yang sering jadi penentu apakah seseorang akhirnya membeli atau meninggalkan keranjang. DO berarti Dance with Objection - seni menanggapi keraguan calon pembeli dengan cara yang elegan, sopan, dan meyakinkan.
Di tulisan ini, aku bahas AIDODA secara mudah dipahami dengan contoh-contoh yang simple.
1. Attention - Bikin Orang Berhenti di Tengah Scroll
Di era sekarang, perhatian itu mahal. Orang bisa scrolling ribuan konten sehari. Jadi tugas pertama kita: bikin mereka berhenti 1-2 detik saja.
Gimana caranya?
- Pakai kalimat pembuka yang nyentil masalah mereka.
- Visual yang unik atau beda dari yang lain.
- Bikin orang merasa “loh ini aku banget.”
Contoh (untuk produk skincare):
“Ngerasa muka keliatan capek terus? Padahal tidur cukup.”
Atau untuk jasa desain:
“Brand kamu bagus, tapi desainnya bikin orang salah paham.”
Simpel, tapi bikin orang otomatis baca selanjutnya.
2. Interest - Bikin Mereka Mau Tahu Lebih Dalam
Setelah berhasil ngasih hook, sekarang waktunya memancing rasa penasaran. Tugas kita di sini adalah nunjukkan relevansi.
Caranya:
- Jelasin manfaat langsung, bukan sekadar fitur.
- Tonjolkan perubahan yang akan mereka rasakan.
- Kasih sedikit cerita pelanggan lain supaya makin relate.
Contoh (produk planner/agenda):
“Banyak orang gagal produktif bukan karena malas, tapi karena nggak tau apa yang harus dikerjakan dulu. Planner ini ngasih pola sederhana: 3 tugas penting, 2 hal opsional, dan 1 refleksi harian.”
Di fase ini, pembeli mulai mikir: “Hmm… ini kayaknya cocok buat aku.”
3. Desire - Bikin Mereka Ngerasa “Aku Butuh Ini”
Desire itu bukan tentang rasional, tapi emosi. Orang beli skincare bukan cuma karena efeknya, tapi karena ingin merasa lebih pede. Orang beli kursus bukan hanya karena materinya, tapi karena ingin hidup lebih teratur atau penghasilan meningkat. Tugas kita adalah menunjukkan “masa depan yang lebih baik” setelah memakai produk tersebut.
Contoh (kursus editing video):
“Bayangin bisa edit video aesthetic dalam 15 menit aja. Cocok buat kamu yang kerja sambil kuliah, tapi tetap ingin bikin konten rapi dan profesional.”
Tambahkan sedikit pemicu urgensi:
- Bonus terbatas
- Harga naik minggu depan
- Kelas dibatasi kuota
Yang penting tetap sopan, nggak manipulatif.
Lalu Muncul Fase Tersembunyi: Keraguan
Di sinilah banyak pebisnis bingung:
- “Kok dia udah nanya banyak tapi nggak jadi beli?”
- “Kok udah masuk keranjang tapi hilang?”
- “Kok rajin tanya tapi ujungnya cuma ‘nanti saya pikir dulu’?”
Jawabannya: karena ada keraguan yang nggak terselesaikan.
Calon pembeli bisa punya banyak pertanyaan di kepala mereka:
- Aman nggak?
- Bakal cocok nggak?
- Worth it nggak harganya?
- Ada garansi nggak?
- Beneran mengatasi masalahku nggak?
Padahal mereka sebenarnya mau, tapi belum merasa “aman”.
Inilah yang menjembatani Interest ke Desire: Dance with Objection.
4. DO - Dance with Objection: Menjawab Keraguan Dengan Elegan
Dance with Objection itu bukan tentang “membantah”, tapi menenangkan. Bukan tentang nge-push, tapi meyakinkan dengan data, empati, dan solusi.
Aku bagi jadi 3 langkah sederhana: 3R - Recognize, Respond, Resolve.
1) Recognize: Aku Paham Kekhawatiranmu
Jangan langsung jawab. Tunjukkan dulu bahwa kita mengerti.
Contoh (untuk produk fashion gamis):
“Iya mba, wajar banget kalau ragu soal bahan. Soalnya sekarang banyak gamis kelihatan bagus tapi panas dipakai.”
Contoh (untuk jasa editing foto):
“Gapapa kak, banyak klien baru juga nanya hal yang sama.”
Dengan begitu, pembeli ngerasa kita ada di pihak mereka.
2) Respond: Jawab Dengan Fakta, Bukan Janji
Berikan jawaban singkat, jelas, dan didukung bukti.
Contoh (produk skincare):
“Produk ini sudah dermatology tested, tanpa alkohol dan parfum. Banyak yang kulitnya sensitif cocok, mba bisa lihat reviewnya di highlight.”
Contoh (kursus online):
“Kelas ini lifetime access + ada grup diskusi. Jadi kalau nanti bingung, bisa tanya kapan saja.”
Bukan cuma jawaban, tapi kejelasan.
3) Resolve: Kasih Opsi Low Risk
Bantu mereka mengurangi rasa takut gagal.
Contoh:
- Garansi tukar ukuran
- Trial 3 hari
- Bonus konsultasi
- Bisa COD
- Diskon pembelian pertama
- Bundle hemat
- Demo gratis
Contoh (produk fashion):
“Kalau ukurannya nggak pas, bebas tukar tanpa tambahan biaya ya sis.”
Contoh (digital service):
“Aku bisa kasih contoh edit gratis 1 foto dulu, kalau cocok baru lanjut paket.”
Ini powerful banget untuk memindahkan mereka ke tahap berikutnya.
5. Action - Bantu Mereka Mengambil Langkah Dengan Mudah
Setelah mereka yakin, kita harus memastikan langkah terakhir terasa ringan. Kadang calon pembeli sudah mau beli, tapi terhambat karena:
- Link ribet
- Form terlalu panjang
- CTA nggak jelas
- Proses lama
- Cara bayar terbatas
Buat semuanya sederhana...
Contoh CTA:
“Klik tombol ini ya kak, nanti langsung masuk ke chat admin untuk proses cepat.”
“Untuk checkout tinggal klik link ini - 30 detik selesai.”
Action yang jelas + proses yang mudah = penjualan lancar.
Contoh Objection Umum & Cara Menjawabnya
1) “Takut nggak cocok sama kulit aku…”
Jawaban:
“Paham banget mba, kulit sensitif harus hati-hati. Produk ini tanpa alkohol & parfum, dan ada panduan patch test juga. Kalau ternyata nggak cocok, boleh retur.”
2) “Aku belum yakin hasilnya bakal kelihatan…”
Jawaban:
“Setiap orang beda-beda, tapi biasanya progress keliatan setelah 7-14 hari. Bisa cek highlight review, banyak yang sebelumnya juga ragu.”
3) “Kok harganya lumayan ya…”
Jawaban:
“Betul kak, tapi ini kualitas premium dan awet dipakai 1-2 tahun. Banyak yang bilang harga awalnya kebayar dengan daya tahannya.”
4) “Aku gaptek, takut ribet ikut kelas online…”
Jawaban:
“Tenang kak, aksesnya gampang banget. Tinggal klik link - nanti video bisa ditonton ulang kapan aja. Ada tim support juga kalau bingung.”
5) “Takut barangnya beda dari foto…”
Jawaban:
“Foto kami real tanpa edit pencahayaan berlebihan. Dan setiap pembelian dapat video pengecekan sebelum dikirim.”
Semua dilakukan tanpa memaksa - tetap sopan, ramah, dan solutif.
AKHIR: AIDODA Bukan Hanya Framework, tapi Cara Berpikir
AIDODA mengingatkan kita bahwa manusia beli bukan hanya karena tertarik, tapi karena yakin.
Mereka perlu merasa aman.
Mereka ingin dipahami.
Mereka butuh bukti dan jaminan.
Dan mereka butuh keputusan yang terasa ringan.
Dengan memahami Attention → Interest → Desire → Objection→ Action, kita nggak cuma jualan, tapi memberi pengalaman yang nyaman untuk calon pembeli.